Webinar Literasi Digital, Pentingnya Digital Skills dalam Sosial Media

MARTAPURA,- Dunia digital di masa pandemi semakin meningkat penggunaannya. Berbagai lapisan masyarakat yang harus bekerja dari rumah berbondong-bondong menggunakan sosial media, baik orang tua maupun anak-anak.

Pemakaian internet sangat diperlukan di bidang pendidikan, industri, ekonomi, sampai media grafis. Semakin tingginya jumlah pengguna dan semakin mudahnya akses internet khususnya dalam media sosial, hal ini juga sebanding dengan tingkat resiko yang diterima oleh pengguna internet.

Konten-konten negatif seperti pornografi, ujaran kebencian, sampai perundungan.
Kementerian Komunikasi dan Informatika bekerja sama dengan Siberkreasi menggelar acara webinar literasi digital “Perlindungan Diri dari Bahaya Dunia Digital di Masa Pandemi” di Kabupaten Tanah Laut. Acara dibuka Bupati Tanah Laut Drs. H. Sukamta, Senin (28/6/2021) pukul 10.00 WITA, dipandu host Ovi Daring melalui Zoom Meeting.

Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan tips dan trik dalam berinteraksi di sosial media agar tetap aman, tidak berkontribusi dalam cyberbullying dan menjaga anak dari dampak negatif di internet.

Bupati Kabupaten Tanah Laut H. Sukamta dalam sambutannya mengatakan, semua pihak harus mendukung kegiatan-kegiatan seperti ruang literasi digital ini untuk membentuk kemampuan digital, keamanan digital, dan etika digital.

“Ini perlu didukung semua pihak, agar dunia digital tumbuh produktif,” tegasnya.

Sementara itu, Billy Purwacaroko, Founder & CEO Renjana Inclusive HUB, sebagai salah satu pembicara webinar yang memberikan materi bertajuk “Egois dan/ atau Altruis”, mengatakan perundungan tidak saja dialami oleh anak-anak disabilitas. Namun juga oleh orang-orang umum.

“Transformasi model perundungan tanpa disadari telah berubah menjadi maya (melalui sosial media dan kolom komentar),” ucapnya.

Billy mengungkapkan bahwa Microsoft merilis hasil survei dari 32 negara dan faktanya Netizen Indonesia paling tidak sopan, yang kemudian membuat akun Microsoft banyak diblokir oleh para pengguna internet yang berasal dari Indonesia. Hal ini membuktikan bahwa kekuatan internet untuk saling menyebarkan kebencian sangat mempunyai pengaruh yang besar.

“Saat pandemi kita dipaksa untuk lebih banyak berinteraksi dengan dunia digital, semakin banyak juga kemungkinan dan kesempatan untuk orang-orang melakukan aksi perundungan melalui sosial media. Para korban cyberbullying ini mempunyai keresahan tersendiri namun tidak berani untuk membicarakannya kepada orang lain karena takut dianggap berlebihan,” ujar Billy.
Ada empat tips dari Billy untuk menjadi pengguna internet yang

#MakinCakapDigital. Yakni menyadari bahwa kita semua SAMA di internet, gunakanlah empati agar selalu aman dalam pergaulan, hitung hingga 3, lalu putuskan.

“Ini menjadi dasar agar tidak membuat keputusan yang terburu-buru hingga menyakiti orang lain. Dan keempat menyadari kalau internet bukanlah mading sekolah yang dengan mudah diganti, ingatlah bahwa jejak digital bersifat abadi,” terangnya.

Di sisi lain, pemateri kedua Fathurrahmani, Dosen Politeknik Negeri Tanah Laut, memberikan materi sharing terkait pentingnya memiliki digital skills pada masa pandemi covid-19.

“Selama pandemi covid-19 percepatan pemakaian dan pengembangan teknologi yang sangat tinggi, harus diimbangi dengan digital skills yang mumpuni. Keterampilan digital mencakup semua keterampilan yang berhubungan dengan teknologi baik untuk pekerja maupun teknologi informasi dan komunikasi. Perlunya digital skills, digital communication, digital analysis, dan digital thingking,” ujarnya.

Fathurrahmani juga memaparkan tentang digital skills di bidang keuangan, seperti mobile / internet banking dan pembayaran elektronik yang sangat cepat memudahkan urusan jual-beli di bidang bisnis.

Selain itu, bidang pendidikan juga terkena dampak yang sangat signifikan melalui perubahan era digital di masa pandemi. Belajar secara mandiri melalui pembelajaran daring, video conference systems, dan learning management systems.

“Tantangannya adalah kesulitan yang didasari dari belum terbiasanya pengguna untuk menerima informasi secara digital,” tambahnya.

dr. Akbar Ghaus, seorang Fitness Influencer dan Konten Kreator memberikan istilah feeling understood more important than feeling loved. Interaksi dan komunikasi yang baik kita harus memperhatikan lawan bicara kita, bagaimana perasaannya, pikirannya, dan lain-lain. Speak less, listen more, react less, sampai observe more.

Bersosial media berarti kita menggunakan hak demokrasi. Ada demokrasi yang digunakan secara tidak tepat, sehingga tidak memberikan manfaat sama sekali. dr Akbar memberikan informasi dari manfaat demokrasi yaitu dipahami, konfirmasi identitas, dan memberikan impact yang baik. “Diperlukannya kecerdasan intelektual dalam melakukan hal demokrasi,” jelasnya.

Sebagai pengguna yang bijak dalam bersosial media kita juga perlu memperhatikan tentang anak yang mulai melek terhadap internet. Hal ini disampaikan oleh Nida Luthfina, Wakil Ketua Himpunan Teknik Lingkungan ULM, dalam materi menjaga keamanan anak di dunia maya.

Nida menyampaikan jika masa yang akan datang diinginkan berkualitas, maka tergantung dari kualitas anak-anak di masa sekarang.

“Manfaat internet untuk anak ada empat yang dipaparkan oleh Nida, yaitu media edukasi, hiburan, interaksi / komunikasi, serta kreasi. Namun, di sisi lain ada ancaman yang mengintai anak, ada konten pornografi, kecanduan cyberbullying, sampai predator online,” katanya.

Pada waktu sesi tanya jawab, Nida menjelaskan batasam umur anak untuk menggunakan sosial media. “Menurut para psikolog, sebaiknya di umur 12 tahun. Namun, statement Pak Jokowi mengatakan lebih baik di atas 13 tahun. Hal ini juga dipertimbangkan lagi tentang tingkat kedewasaan anak,” ucap Nida

Reporter : Ronny Lattar

Pos terkait

Jelang Purna Tugas, PNS Pemkab Banjar Dapatkan Pembekalan

Ringankan Beban Masyarakat, Pemkab Banjar Gelar Pasar Murah Selama Dua Hari

BPBD Banjar Salurkan Bantuan Kepada Korban Puting Beliung dan Kebakaran