Feuture

Ketika Ibay Pantun Curhat, Hingga Pertaruhkan Nyawa Untuk Kuliah Anaknya  

MARTAPURA,- Bagi yang sering ke Pasar Terapung Lok Baintan, Kabupaten Banjar, Provinsi Kalimantan Selatan, pastinya sudah mengenal dengan sosok Arbainah (Acil Ibay Pantun) yang sering menjajakan dagangannya dengan jurus pantun yang memikat hati pembelinya.

Kedapatan di sebuah warung es degan di kawasan Martapura Timur, Ibay (41) dan rekannya sesama pedagang pasar terapung Nurhayati (37) tak bisa menyembunyikan wajah viralnya dari reporter Radio Suara Banjar beberapa waktu lalu.

Diwarung sederhana yang acapkali disinggahi Ibay ketika ada urusan di Martapura tersebut, ia  banyak bercerita tentang suka dan duka menjadi pedagang pasar terapung yang sudah ia geluti selama 29 tahun. Ibu tiga anak tersebut mengaku cukup bahagia dengan profesinya apalagi dengan pantun yang  ia ciptakan kemudian diucapkan kepada para pengunjung pasar.

” Biasanya ulun (Red-Saya) berpantun dulu baru menawarkan dagangan, kalaupun ngga jadi beli tidak mengapa, yang penting mereka tersenyum mendengar pantun ulun. Bagi ulun tamu adalah raja jadi harus disenangkan hatinya. Ada juga yang tidak beli tapi cuma sawer pantunnya 50 ribu,” tutur Ibay yang acapkali diundang dalam even tertentu sebagai relawan dengan kepiawaiannya berpantun.

Dijelaskan Ibay, seiring dengan berjalannya waktu, saat ini setidaknya ada 50 pedagang di Pasar Terapung Lok Baintan tersebut juga bisa berpantun sama seperti dirinya.

” Alhamdulillah kawan-kawan juga sudah banyak yang bisa berpantun sambil jualan, senang ulun,’ ucapnya.

Dikatakan Ibay, ia dan pedagang lainnya merupakan binaan dari Dinas Kebudayaan Kepemudaan Olahraga dan Pariwisata (Disbudporapar) Kabupaten Banjar. Disbudporapar Banjar acapkali juga menggelar even bertajuk budaya di pasar tradisonal yang mampu menyedot perhatian pengunjung hingga mancanegara tersebut.

Beraktivitas sejak pagi buta menjadi pedagang dengan sapaan Ibay Pantun diakuinya sangat menyenangkan, lantaran banyak pengunjung yang minta ulay (mainkan) pantun ketika transaksi jual beli berlangsung. Pengalaman yang tak mudah dilupakan menurutnya ketika bisa berdialog langsung dengan pemimpin daerah

” Ulun bisa ketemu dan berbincang dengan almarhum Guru Khalil (Mantan Bupati Banjar), sama Bupati sekarang Saidi Mansyur juga pernah,” ujarnya.

Senyum Ibay Pantun yang mengambang disetiap harinya di atas perahu (jukung) bukan berarti ia tidak memiliki masalah yang berat, terlebih ketika pandemi Covid-19 melanda dan melumpuhkan sendi sendi perekonomian bangsa. Meski begitu, sebagai pedagang pasar terapung di atas sungai tetap ia jalani, hanya saja sedikit beda dari sebelumnya yakni dengan penerapan protokol kesehatan ketat dan pantauan dari petugas Covid.

” Saat itu ulun jualan sayur, jaga jarak, pakai masker, pulangnya mandi sampai betul-betul bersih. Ulun terpaksa jualan karena harus cari duit untuk keperluan biaya daftar kuliah anak di STAI Banjarmasin. Saat itu ulun berasa pertaruhkan hidup dan mati cari duit,” ujar Ibay yang saat ini merubah dagangannya dari sayur mayur ke hasil kerajinan tangan (accesories).

Sekarang lanjut Ibay anak pertamanya tersebut sudah kuliah sesuai dengan keinginannya.

” Alhamdulillah meski pertaruhkan nyawa cari duitnya, anak ulun bisa daftar dan masuk kuliah. Waktu itu ulun harus cari duit Rp. 600.000,-,” ujarnya lagi.

Masalah lainnya yang kini dihadapi Ibay adalah susahnya berkomunikasi dengan orang asing yang berwisata ke pasar terapung, lantaran ia tidak bisa berbahasa inggris.

” Ulun tahu bule itu pasti tidak mengerti dengan pantun ulun, tapi mereka menghargai dengan senyuman. Apalagi ketika menawarkan dagangan, ulun pakai bahasa isyarat dengan tangan, maaf ulun sekolahnya kurang, tidak seperti orang kebanyakan,” ujarnya jujur.

Namun bukan Ibay namanya jika menyerah dengan keadaan. Mengatasi kesulitan berbahasa inggris tersebut ia bersama beberapa rekan sesama pedagang, saat ini ambil kursus bahasa inggris di Banjarmasin.

” Ulun sudah seminggu ini kursus di Banjarmasin sama kawan-kawan, 5 orang, mudahan pedagang yang lain bisa nyusul juga,” ujarnya.

Bagai sebuah pepatah, sepandai pandai tupai melompat akhirnya jatuh juga. Puluhan tahun menjalani profesinya sebagai pedagang pasar terapung, Ibay mengaku pernah mengalami insiden tidak menyenangkan. Perahu atau jukung sebagai saksi bisu yang menemani hari-harinya saat berdagang karam seketika lantaran hilang keseimbangan.

” itu tamu tidak pelan-pelan, dia loncat dari jukung ulun ke jukung yang lain,” ujarnya tertawa mengingat kembali peristiwa lampau itu.

Meski kini banyak orang sudah mengenalnya melalui youtube (acil pantun arbainah) dan tik tok nya (ibaypantun) namun ia tetap rendah hati. Sosok Ibay Pantun yang ulet, penuh semangat dan tidak mudah menyerah dengan keadaan bisa menjadi motivasi bagi siapa saja dalam menjalani sebuah pekerjaan, dimanapun dan apapun profesinya.

Penulis : Bagus F
Editor : Ronny Lattar
Uploader : Suhendra

Terbaru

Pemberdayaan Eceng Gondok di Desa Lok Baintan : Transformasi Ekonomi Melalui Kreativitas Perempuan  

Radio Suara Banjar

Catatan Ziarah ke Kota Thaif

Radio Suara Banjar

Ziarah di Sekitar Masjid Nabawi

Radio Suara Banjar