Berita

Webinar Literasi Digital, Amankah Kita di Era Digital

MARTAPURA,- Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia (Kemenkominfo RI) bersama Siberkreasi kembali menggelar Webinar Literasi Digital Nasional wilayah Hulu Sungai Tengah, Provinsi Kalimantan Selatan, pada Selasa (31/8/2021) Pukul 14.00 WITA, secara virtual melalui Zoom Meeting.

Webinar kali ini dipandu moderator Septi Diajeng dan menghadirkan narasumber Sophie Navita, seorang presenter, penyanyi, certified plantbased chef dan juga istri dari musisi kenamaan Pongki Barata, terkait etika digital.

Mengulik penggunan sosial media terdahulu jauh lebih aman dibandingkan saat ini, Sophie mengaku, saat dahulu ia sebagai pengguna medsos Friendster tak pernah mendapati komentar negatif.

“Mungkin dulu orang-orang masih belajar dan engga banyak yang ikut-ikutan, kedua mungkin juga masih punya ‘dunianya’ di dunia luar dari pada dunia online. Orang dulu tak banyak menghabiskan waktunya di dunia yang katanya maya ini,” jelasnya saat webinar.

Namun, seiring dengan perkembangan zaman, dunia berubah dan lebih dipermudah oleh teknologi, namun ada dampaknya pula seperti kolom komentar dimana komentar negatif yang kerap dilontarkan.

“Saya melihat perubahan itu mungkin yang paling dirasakan adalah komentar-komentar negatif, kalau saya boleh jujur ya saya kan nggak seperti anak-anak sekarang ya, yang katakanlah memang sangat aktif untuk upload segala hal,” pungkas Sophie.

Kemudian, dilanjutkan oleh narasumber Farras Ardiana yang membahas kemanan digital terkait fitur Paylater yang dinilai sebagai transaksi berbasis online baru.

Sebelum masuk dalam materi ia menerangkan dari penggunaan Paylater terdapat juga sisi keuntungan dan kerugiaan saat penggunaan Paylater.

Keuntungannya adalah prosesnya lebih cepat lalu tenor bervariasi dan banyak promo menarik. Adapun kerugiannya seperti dapat berpotensi pemborosan lalu penambah utang, pengelolaan keuangan, denda yang berlaku dan menurunnya skor kredit.

“Nah yang menjadi ancamannya adalah ancaman keamanan identitas, seperti modus-modus kejahatan email dapat diretas, lalu pelaku menggunakan akun paylater korban untuk bertransaksi,” terangnya.

Lebih lanjut Farras menjelaskan Telepon, SMS, atau email nyasar meminta kode One Time Password (OTP). Umumnya ada iming-iming hadiah atau undian hadiah palsu, adapun Penipuan via WhatsApp dikirimi link atau tautan palsu atau berbahaya.

Jika meng-kliknya, anda akan diarahkan untuk mengisi data pribadi, termasuk kode PIN ATM, nama ibu kandung, dan data penting lainnya. 

Rilis

Terbaru

Posyandu Sakura Wakili Banjar Ikuti Lomba B2SA

Latih Code Red, Damkar Banjar – Damkar HSS Kolaborasi di RSIA Permata Bunda Kandangan

Radio Suara Banjar

Angin Kencang Robohkan Satu Rumah di Aluh Aluh

Radio Suara Banjar