MARTAPURA,- Satu satunya bank sampah yang ada dikawasan Kertak Hanyar dengan modal awal pribadi sebesar 350 ribu rupiah menjadi alasan yang kuat bagi analisis kebijakan muda Setda Banjar M Supriansyah melakukan Tesis di Bank Sampah Daurs Purna Praja.
Hal tersebut diungkapkannya saat menjadi narasumber talkshow “B’daur si Manis” (Bakisah Daur Ulang Sampah Bersama si Mandarsari Ingin Sejahtera) di Radio Suara Banjar, Rabu (28/9/2022) pagi.
” Membangun sebuah lembaga seperti bank sampah, saya berpikir harus menggunakan dana yang cukup besar, ternyata cukup ada kemauan dan tekad sudah bisa,” ucapnya.
Keberhasilan tersebut lanjut Supri hanya dibutuhkan leader (penggerak) yakni orang yang berada di bank sampah itu sendiri, yang tidak lain adalah direktur sekaligus Lurah Mandarsari.
Melakukan penelitian sebagai tugas seorang mahasiswa sejak tahun 2020 hingga 2021 di bank sampah tersebut hampir tak punya kendala bahkan sangat terbantu dengan data-data yang ada ketika dibutuhkan, terlebih saat itu ia juga tercatat sebagai salah satu aparatur dikelurahan tersebut.
” Tugas saya hanya sebagai admin, bantu-bantu promosi untuk mengajak masyarakat menjadi nasabah, melalui rakoor kelembagaan kelurahan RT RW, karang taruna, posyandu dan perguruan pencak silat,” ujarnya.
Dijelaskan, meski tidak semua warga menjadi nasabah, namun berkat koordinasi yang baik terhadap kelembagaan dimaksud, setidaknya ada sebagian warga yang tertarik dan bergabung dalam program pilah sampah tersebut.
” Kita minta bantu dengan kelembagaan itu untuk ngeshare info keberadaan Bank Daurs yang bisa mendapatkan penghasilan bagi warga,” jelasnya.
Supriansyah menambahkan terkait dengan pemberdayaan masyarakat sendiri ada dua mata kaki, yakni penyadaran dan penguatan kapasitas. Dua hal tersebut sangat menentukan keberhasilan sebuah usaha.
Penyadaran dilakukan dengan sosialisasi, dari yang dulunya sampahnya terabaikan menjadi pemilah sampah. Sementara penguatan kapasitas yakni penguatan individu, kelembagaan dan sistem jaringan.
Penguatan individu seperti pelatihan perorangan, study banding ke Bank Sampah yang ada di Lombok, sebuah dukungan dari pemerintah kabupaten melalui DLH, belajar pembuatan kompos dan sofa dari botol plastik.
” Untuk sistem jaringan kita kerjasama dengan para pengusaha yang ada di Kertak Hanyar dengan meminta bantuan doorprize yang diundi 3 bulan sekali untuk menarik jumlah nasabah,” rincinya.
Supri berharap Bank Daurs bisa jauh lebih berkembang terutama merambah pada penanganan sampah organik.
” Saat ini belum, karena belum memiliki kantor tersendiri, masih gabung dengan kelurahan,” harapnya.
Reporter : Ronny Editor : Ronny Lattar