MARTAPURA,- Kementerian Komunikasi dan Informatika mengadakan webinar bertema “ Memahami Batasan-Batasan dalam Dunia Digital “ di Kabupaten Tanah Laut Kalimantan Selatan, Senin ( 21/07/2021 ) siang.
Acara yang dibuka oleh Presiden RI Joko Widodo ini menampilkan sejumlah pembicara kompeten. Welcoming Speech Bupati Tanah Laut H. Sukamta. Selaku moderator Sabrina anwari dengan narasumber Lokal Heti Palestina Yunani, Annas Hidayatullah dan narasumber nasional Malik Atmaja dan Key Opinion Leader Soraya Ghyna.
Penggunaan Bahasa Indonesia yang Baik di Dunia Digital, dikatakan Malik Atmadja arus menyikapi di sosial media itu harus sesuai dengan kata-katanya menyampaikan sesuatu bebas menyampaikan kritikan atau masukan kepada orang lain. Menurut John logie sarana untuk memverifikasi Kebenaran akan suatu informasi dengan cara mengkritik informasi yang tersebar luas di masyarakat yang kemudian akan menghilangkan konsepsi yang ada.
“ kita bebas berekspresi kita bebas menyampaikan sesuatu akan tetapi bebas bukan berarti bablas Kita juga harus mengetahui norma-norma etika yang ada di negara kita Jangan sampai kita sangking bebasnya kebablasan malah ke arah ke SARA,” ujarnya.
“ Sebenarnya kita mencaci-maki bukan mengkritiik, Sekali lagi bukan berarti bablas supaya kita tidak terlalu terpengaruh dengan konten-konten yang masuk kita sendiri juga harus memfilter informasi yang masuk ke diri kita jangan sampai banyak informasi negatif ke kita akhirnya kita terpengaruh dengan informasi tersebut akhirnya kebablasan,”
Ditambahkannya, cara menyikapi ketika berselancar di sosial media agar tidak kebablasan, pertama harus bisa memahami platform sosial media apa memahami platform di dunia di gunakan untuk Facebook yang sudah digital.
“ Hal yang sangat ringan seperti apakah akan tetapi banyak sekali dari orang tua kita dari anak-anak kita yang masih belum mengetahui tentang cara penggunaan platform,” ujarnya.
Sementara itu redaktur Harian Disway, penulis dan dosen Heti Palestina Yunani mengetengahkan Etika Digital : Bebas Namun Terbatas Berekspresi di Media Sosial. Menurutnya Kebaasan berekspresi adalah kesempatan menyampaikan pesan, mencari mnegembangkan dangan cara masing-masing sebagai instrumen kunci, dan itu untuk kemajuan dan HAM.
Ada 7 point dalam berekspresi antara lain, Narsistik personal, sosial climber, addiction, Internet asperger, voyeurism, Fear of missing out dan Muchausen syndrome.
Ditambahkannya, seseorang jangan mengungkap dan mengarang berita kesediahan untuk mendapat perhatian khalayak ramai dan untuk mendapat keuntungan.
Sementara itu Key Opinion Leader Soraya Ghyna sebagai Singer-Songwriter / Presenter mengetengahkan materi tentang Keamanan Digital : Perlindungan Hak Cipta di Ranah Digital. Menurutnya fungsi aggregator adalah sebagai perantara antara pencipta karya dengan platform digital yang kita upload.
Pengguna internet terbesar keempat di dunia Indonesia itu telah mencapai 202 juta orang atau 73% dari total 274 juta penduduk. Pengguna internet dunia itu sudah masuk 5 besar di antaranya ada 904 juta ada juga di India 118 juta Amerika Serikat Indonesia baru Brazil hampir 74% sudah hampir semua orang sudah mengakses internet.
“ mengenai hak cipta yang yang sesungguhnya definisinya saya kutip dari Direktorat kekayaan intelektual jadi hasil karya intelektual yang berhubungan dengan seni sastra dan ilmu pengetahuan itu memiliki hak cipta. Contohnya seperti musik film buku dan aplikasi dan hal-hal lainnya seperti pendidikan kemudian hal yang sifatnya itu arti ya itu itu termasuk hasil karya intelektual yang memiliki hak cipta Bagaimana model perlindungan hak cipta ini,” katanya.
Reporter : Rifky Zidane editor : Ronny Lattar