Warga Desa Bincau Muara dan Kelampaian Ilir Lestarikan Budaya Kintung

66

MARTAPURA,- Ada pemandangan yang cukup menarik tersaji dalam peringatan puncak Hari Jadi ke 73 Kabupaten Banjar, yang berlangsung di Alun Alun Ratu Zalecha Martapura, Rabu (30/8/2023) siang. Yakni adanya pertunjukkan alat musik tradisional “Kintung” yang di mainkan Grup Kintung asal Desa Bincau Muara, Kecamatan Martapura, dan Desa Kelampaian Ilir Kecamatan Astambul, Kabupaten Banjar.

Grup musik kintung tersebut cukup menarik perhatian, sehingga banyak yang mengabadikan video dan fotonya. Gusti Jadri (64) Ketua Pengurus Grup Kintung “Bina Bersama” Bincau Muara menuturkan, grup musiknya tersebut berdiri sekitar tahun 2.000 an, dan masih eksis hingga sekarang meskipun jarang ditampilkan kecuali pada even-even tertentu.


Dijelaskannya, alat musik tradional tersebut biasanya dimainkan pada saat selesai musim tanam atau musim kemarau yang dipercaya sebagian orang bisa mendatangkan turunnya hujan.

“ Dulukan tidak ada irigasi yang mengairi pertanian, jadi seperti minta hujan baik setelah musim tanam atau kemarau. Biasa di mainkan ditengah sawah pada malam hari,” ucapnya.

Kintung terbuat dari pohon bambu tebal (haur atau batung) yang dibuat sedemikian rupa, dari ukuran terkecil sampai ukuran besar, yang menimbulkan bunyi bervariasi layaknya not angka. Kintung bisa dimainkan sebanyak 7 orang dan minimal 5 orang.

“ Kintung ini bisa dimainkan dengan tempu mahu lambat atau mahu cepat. Mahu cepat biasanya yang sering dilombakan,” cerita Gusti.

 

Gusti mengaku senang bisa melestarikan budaya kintung yang menurut sepengetahuannya hanya ada di Bincau Muara dan Kelampaian Ilir Kecamatan Astambul. Saat ini ia mulai mengembangkan dan mewariskan permainan alat musik tersebut kepada generasi muda yang ada di desa, dengan alasan agar tetap lestari.

“ Agar tetap ada dan lestari, jika kami sudah tidak ada lagi, anak muda bisa menggantikannya atau melakukan inovasi dengan suara atau nada yang lebih baik lagi,” tuturnya.


Salah satu personel Akhmad Raihan (14) yang masih duduk di kelas 8 Pesantren Iqdam Ulum Desa Tunggul Irang mengatakan, tertarik bermain kintung lantaran cukup asik. Ia mengaku baru beberapa bulan terakhir mempelajarinya bersama sang kakek.

“ Tertarik karena rami (Red-ramai) saya belajar sama kakek,” tutupnya.

Reporter : Andri/ Bagus
Editor : Ronny Lattar
Uploader : Suhendra