MARTAPURA,- Rendahnya minat baca berpengaruh pada perilaku masyarakat di media sosial. Pola pikir yang selama ini cenderung sebagai ‘trigger happy’ alias keburu menebak tanpa membaca informasi secara tuntas, menjadi pemicu netizen bergumul dalam berita hoax tanpa didasari fakta!
Hal ini mengemuka dalam Webinar Literasi Digital Nasional Sesi 2, yang digelar Kementerian Komunikasi dan Informatika untuk wilayah Kalsel, pada Senin (31/5/2021) siang.
Sebagai salah satu pembicara, Desy Arfianti ST selaku Komisaris dan Finance Kanalkalimantan.com, menyorot tentang rendahnya minat untuk menelusuri fakta ini. Ia mengatakan, banyak hal mempengaruhi kemalasan untuk mencari informasi faktual.
“Selain perilaku yang netizen yang enggan menggali informasi secara tuntas. Kebiasaan di sosial media, sebar dulu baru konfirmasi belakangan sehingga menghasilkan lebih banyak informasi yang salah dan berita palsu (hoax),” katanya.
Di sisi lain, kecenderungan sejumlah media untuk mengejar informasi viral dengan membuat judul bombastis tanpa mencerminkan isi berita, juga semakin menyuburkan kecenderungan pemburu ‘trigger happy’. Mereka terpuaskan dengan berita-berita atau foto yang dianggap memenuhi hasrat menampikan informasi instan dan tanpa disiplin fakta yang ketat.
“Dalam hal ini, sangat penting bagi masyarakat memahami media profesional yang bertindak sesuai etika jurnalistik, dengan media yang cuma memburu sensasi. Cara yang paling mudah, salah satunya dengan mengecek apakah media tersebut terverifikasi oleh Dewan Pers atau tidak,” katanya.
Desy yang juga pernah intens sebagai jurnalis radio ini mengatakan, harusnya berita yang ditulis memiliki disiplin fakta dan verifikasi seimbang. Selain menjelaskan aspek dasar seperti 5W1H, juga ada narasumber lengkap dan jelas, fakta yang berbicara, serta kelengkapan data.
“Cara mengenali yang terverifikasi, bisa dilihat di situs dewanpers.co.id ini bisa dicek apakah media tersebut terdaftar atau tidak, biasanya ada yang sudah terverifikasi dan juga ada yang terfaktual,” katanya.
Ia mengatakan, media yang sudah ada di dewan pers artinya mereka sudah dianggap mampu menjalankan kaidah jurnalistik. Meskipun ini juga tidak bisa menjadi tolok ukur utama.
“Sebab banyak media media yang tetap menjalankan prinsip-prinsip jurnalistik meski dikelola secara personal dan belum terdaftar di dewan pers. Yang membedakannya adalah apakah mereka menggunakannya di URL yang benar atau tidak,” terangnya.
Menurut Desy, perlu kerja bareng yang melibatkan semua pihak untuk menggugah kesadaran netizen agar lebih sadar dan peduli terhadap fakta. Dan langkah Kementerian Komunikasi dan Informatika yang menggelar Webinar Literasi Digital Nasional adalah wujud ikhtiar yang harus diapresiasi.
Sebagaimana diberitakan sebelumnya, Kementerian Komunikasi dan Informatika meluncurkan Program Literasi Digital Nasional dengan tema “Indonesia Makin Cakap Digital 2021” yang dilaunching oleh Presiden Republik Indonesia Joko Widodo pada Rabu (19/5/2021) lalu.
Sementara untuk wilayah Kalimantan Selatan, ‘Kick Off’ webinar literasi digital dimulai Senin (31/5/2021), dengan dua sesi yaitu pada pukul 10.00 Wita menghadirkan narasumber Leonika Sari (CEO Redblood Lead Digital Skills Surabaya), Dennis Adhiswara (aktor, produser film dan CEO Layaria Network), Arie Sudanto (CoFounder & Dus Duk Duk) dan narasumber lokal Gusti Syaila Syarifah (guru honorer dan pelaku UMKM dari Banjarmasin).
Sesi kedua digelar pada pukul 14.00 Wita dengan narasumber, Ulfa Merdeka (Owner Ulfa Merdeka Party Planer), Anwar Olle Cholis (CEO Borneo Promosindo), Dr Fitria Widiyani Roosinda SSos MSi CIQaR (Humas JAPELIDI) dan Desy Arfianty ST (Komisaris & Finance Kanalkalimantan.com).
Webinar Literasi di wilayah Kalsel diawali sambutan Presiden Joko Widodo dan Akhmad Fydayeen, Penjabat (Pj) Wali Kota Banjarmasin.
Dalam sambutannya, Presiden Joko Widodo menyampaikan bahwa tantangan di dunia digital sangat besar, konten-konten negatif terus bermunculan.
“Kejahatan di ruang digital terus meningkat, hoax, penipuan daring, perjudian, eksploitasi seksual pada anak, perundungan siber, ujaran kebencian, radikalisme berbasis digital perlu terus diwaspada,” ujarnya.
Sementara itu Akhmad Fydayeen, Pj Walikota Banjarmasin menyampaikan, sesuai dengan arahan visi Presiden, Kementerian Komunikasi dan Informatika bersama mitra jejaring GNLD Siberkreasi telah menyusun sebuah Peta Jalan Literasi Digital tahun 2021- 2024 untuk meningkatkan partisipasi digital masyarakat.
Mendorong pengembangan ilmu pengetahuan masyarakat di bidang TIK dan digital, serta mendorong tingkat kecakapan transformasi digital dalam pemanfaatan teknologi baru. Di dalam peta jalan ini dirumuskan juga empat kerangka dalam menyusun kurikulum literasi digital, yaitu: Digital Skills, Digital Ethics, Digital Safety, dan Digital Culture.
“Untuk mencapai target masyarakat yang cakap digital diadakan acara secara serentak selama 7 bulan pada tahun ini yang telah dimulai sejak tanggal 20 Mei dengan dilakukannya kick off atau pembukaan oleh bapak Presiden, serta Menteri Komunikasi dan Informatika,” ujarnya.
Reporter : Rifky Zidane Editor : Ronny Lattar