Webinar Literasi Digital, Perhatikan Bahasamu Di Dunia Digital

212

MARTAPURA,- Media sosial juga berdampak positif, ditandai dengan berkembangnya marketplace yang mempertemukan penjual dan pembeli, e-commerce, start up bisnis dan lain lain.

Namun disisi lain juga dapat kontra produktif, apabila ruang publik disesaki oleh informasi yang berseliweran melalui media sosial seperti hoax, informasi palsu.

Informasi keliru memiliki daya rusak dashyat karena penyebarannya sangat cepat tanpa batas dan mampu membangkitkan emosi yang sangat kuat.

Kementerian Komunikasi dan Informatika menggelar webinar bertema “Berbangsa dan berbahasa yang baik menurut literasi digital” di Kabupaten Barito Kuala, Sabtu (14/8/2021) pukul 10.00 WITA.

Acara webinar literasi digital ini dibuka Bupati Barito Kuala Hj Noormiliyani AS SH.

Webinar yang menghadirkan sejumlah pembicara yang berkompeten ini dipandu moderator Oyya Sibuea.

Senada dengan tema hari ini, yakni Berbangsa dan berbahasa yang baik menurut literasi digital.

Insan Nur Akbar, membawakan materi pembahasan mengenai penggunaan Bahasa Indonesia yang baik di dunia digital.

Dalam materinya ia menampilkan peribahasa “One languange, sets you in corridor for life,” ucapnya.

Bahasa dalam dunia digital perlu diperhatikan agar tak membuat persepsi yang mengarah hal buruk, namun seiring perkembangnya zaman ada bahasa-bahasa yang perlu dipelajari lagi di dunia digital.

Yakni, adanya bahasa lisan yang bisa berupa podcast, lalu bahasa tulisan berupa email, newsletter dll dan bahkan bahasa isyarat atau body language seperti di tiktok.

Adapun dampak daripada pemakaian bahasa di dunia digital seperti munculnya banyak kosa kata baru, lalu ada juga kesepakatan yang hanya menggunakan emoticon.

Juga kesepakatan arti pemakaian singkatan baru, ditambahkan lagi dengan banyaknya pemakaian bahasa asing serta the power of #hastag.

“Penggunan bahasa #hastag ini sangat sekali berpengaruh dari #hastag dapat menyuarakan suara lalu dari #hastag juga dapat menggalang dana atau donasi untuk orang yang membutuhkan,” bebernya.

Maka daripada itu perlunya penggunaan bahasa di dunia digital.

“Tetap menjujung tinggi norma kesopanan, paham dan tahu apa yang akan ditulis, berfikir mengenai dampak tulisan kita, efektif dan efisien dan mudah dipahami orang,”jelasnya.

Kemudian dari penggunaan bahasa yang baik dan benar di dunia digital diimbangi lagi dengan pemaparan dari narasumber H Rasyidi SPd MM.

Membahas kiat-kiat etika berdigital yakni dalam berselancar di dunia digital, dituntut harus dapat membedakan mana berita hoax dan tidak agar terhindar dari informasi yang melenceng.

“Hoax itu adalah berita yang seolah-olah benar tapi sebenarnya bohong, isi dari pada berita hoax pada umumnya yakni terlalu sempurna untuk jadi kenyataan dan terlalu mengerikan untuk jadi kenyataan,” ungkapnya.

Dengan menyebarnya berita hoax ini terkadang masih dipertanyakan mengapa berita hoax mudah untuk dipercayai.

Hoax seringkali diartikan sebagai berita bohong yang sengaja disebar untuk dipercayai oleh banyak orang, anehnya meskipun materi hoax sulit diterima.

“Masih ada aja yang mempercayai ‘kebenaran’ dari hoax tersebut,” ucapnya.

Hal ini diakibatkan dari keterbatasan informasi, terkdang individu mempercayai hoax bukan karena individu tersebut mudah dibohongi melainkan karena keterbatasan arus informasi yang datang.

Lalu tingkat popularitas nformasi, pemberitahuan yang terus menerus dan mencolok dapat menyebabkan mata seakan menjadi tertutup pada kebenaran yang ada.

Kemudian ketertarikan manusia cenderung melakukan ‘selective attention’ sehingga seseorang tidak begitu memperhatikan topik hoax dan langsung percaya dengan hoax.

Serta confirmation bias, jika hoax berkaitan dengan hal yang dipercayai, maka kebohongan akan lebih mudah diterima.

4 Ciri hoax menurut kominfo harus ada 5w+1h, contoh ciri hoax ;

1. Sumber informasi atau medianya tidak jelas identitasnya, mengekspoitasi fanatisme SARA.

2. Pesan tidak mengandung unsur 5w+1h lengkap yaitu : what (apa), when (kapan), who (siapa), why (mengapa), where (di mana), dan how (bagaimana)

3. Pihak yang menyebarkan informasi meminta info tersebut disebarluaskan semasif mungkin.

4. Hoax diproduksi untuk menyasar kalangan tertentu. Mereka yang menjadi target antara lain, masyarakat mayoritas dan orang perkantoran. Dibandingkan masyarakat yang tinggal di desa, orang kota lebih mudah diserang hoax karena lebih akrab dengan penggunan media sosial.

Rilis