MARTAPURA,- Kementerian Komunikasi dan Informatika ( Kemenkominfo ) RI bekerja sama dengan Siberkreasi menggelar webinar literasi digital “Aman dan Nyaman Berselancar di Internet dengan Literasi Digital”, yang dibuka Bupati Banjar H. Saidi Mansyur, Selasa ( 13/07 ) pagi.
Kegiatan bertujuan untuk mendorong masyarakat menggunakan internet secara cerdas, positif, kreatif, dan produktif sehingga dapat meningkatkan kemampuan kognitifnya untuk mengidentifikasi hoaks, serta mencegah terpapar dampak negatif penggunaan internet.
Salah satu narasumber, Dyan Nugraha membahas tema ” Bebas Terbatas” mengatakan ada batasan-batasan yang harus diketahui ketika kita masuk di era dunia digital saat ini.
” Kalau kita perhatikan fungsi penggunaan internet didominasi dengan penggunaan yang sifatnya keluar, dan ini yang membuat pengguna bisa salah kaprah, merasa akun punya dia maka bebas mengutarakan apa saja, tentu bukan seperti itu maksudnya karena kita mempunyai batasan-batasan, sebelum akhirnya kita melakukanya di dunia digital,” “ujar Dyan yang pernah menjadi penyiar di Radio Prambors Bandung tersebut.
“Di Indonesia pertumbuhan dunia digital saat ini mengalami peningkatan begitu pesat, ini menjadi tantangan yang luar biasa pertumbuhan pengguna internet, yang saat ini sudah berbagai lintas umur penggunanya, tidak seperti sekitar delapan atau sepuluh tahun lalu pengguna internet didominasi usia 30 dan 40 tahun,” ungkap Dyan.
Dyan menegaskan, internet sifatnya bebas namun terbatas, kita bisa upload apa saja namun sesuaikan dengan batasan tadi, dan mengetahui apakah yang di upload punya pengaruh baik atau buruk bagi pengguna internet lainnya.
Narasumber lainnya Khairullah Ansyari, ASN Pemkab Banjar menjadi Tenaga Ahli PKK Banjar, mengangkat tema “Budaya Digital” menjelaskan, dalam dunia digital dunia bermasyarakat, apa saja yang kita lakukan bisa saja berakibat hukum secara fisik akan tidak baik.
“Saat ini Literasi sendiri berkembang maknanya jika anda sudah membaca apakah anda bisa memetik informasi dari tulisan yang kita baca. Dengan adanya platform digital apakah kita mampu memetik informasi yang baik dan terarah sesuai dengan Literasi Digital” ujar Khairullah.
“Kita memiliki budaya tersendiri sebagai indentitas kita, semisal saya budaya Banjar, dengan adanya intenet secara blanding bisa saja budaya itu tergerus dengan adanya batasan di dunia digital, contoh ” celana jeans adalah budaya Amerika, namun sekarang di tahun 2021 ini hal tersebut dapat diterima di dunia bahkan kita menganggap celana jeans adalah warisan umat manusia, nah begitu pula warisan budaya, jadi warisan budaya juga mampu tergerus akan internet, sebagai milenial kita harus ingat pesan leluhur agar kita dapat mewariskan budaya yang kita kenal saat ini, contoh budaya Banjar ” Kain Sasirangan”yang kita tampilkan di internet agar diketahui pengguna internet,” tegas Khairullah.
Khairullah menekankan dengan adanya internet, bisa dimanfaatkan untuk budaya yang dimiliki bisa dikenal dan diwariskan serta mempertahankan budaya agar tak tergerus dengan lajunya arus dunia internet saat ini.
Reporter : Akhmad Effendy Editor : Ronny Lattar