Webinar Literasi Digital, Cek Kejanggalan di Medsos, Jangan Tertipu Profil Wajah!

225

MARTAPURA,- Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) RI bekerja sama dengan Siberkreasi menggelar acara webinar literasi digital “Aman dan Nyaman Berinternet dengan Literasi yang Baik”, dibuka Bupati Banjar Saidi Mansyur, Senin (12/7/2021) siang, dipandu host Reza Rahman.

Kegiatan bertujuan untuk mendorong masyarakat menggunakan internet secara cerdas, positif, kreatif, dan produktif sehingga dapat meningkatkan kemampuan kognitifnya untuk mengidentifikasi hoaks, serta mencegah terpapar dampak negatif penggunaan internet.

Salah satu nara sumber, Siti Isnaniah Haryani membahas keamanan digital “Tanggap Mengenali Modus di Medsos”. Menurut Isna Alip –biasa disapa-, perlu kita tahu bagaimana cara mengenali modus penipuan di media sosial dan bagaimana cara untuk tau apakah ini hanya sekedar modus apa tidak.

Tentu saja, tahu bagaimana cara mengetahui modus jahat yang marak tersebar di grup atau media sosial Facebook, tipsnya tanyakan terlebih dahulu lihat, cek dan perhatikan kejanggalannya.

“Jangan terkecoh dengan profil wajahnya saja, maupun cantik atau ganteng lihat kembali aktivitas akun media sosialnya teliti jangan sampai kita terkena modus,” ucapnya.

Terkadang akun sosial media bisa dijadikan ajang modus yang tersebar entah dari berupa link, informasi yang menyesatkan ataupun kejahatan-kejahatan yang dapat merugikan kita.

Oleh karena itu, kenali terlebih dahulu isi tulisannya apakah ini modus apa tidak jangan temakan serta merta dengan nilai rupiah saja. “Di sini saya mengajak masyarakat untuk mengabaikan semua permintaan bantuan di internet, namun untuk mengajak pengguna agar lebih cermat dan berhati-hati,” terangnya.

Sama halnya dengan nara sumber kedua, Billy Purwocaroko, Founder & CEO Renjana Inclusive Hub, “Mengenal lebih jauh cara menyuarakan pendapat di dunia digital”.

“Sekarang ini kita mau latihan bagaimana cara menyampaikan pendapat, banyak di luar sana menyatakan pendapat kemudian berujung pada hal yang tidak baik,” jelasnya.

Artinya sebelum memberikan pendapat harus mempertimbangkan konsekuensinya atau bagaimana kita bisa memberikan pendapat itu lebih baik.

Bahasa harus netral, akan tetapi netral kitalah yang menciptakan bahasa itu. Yang akhirnya mempunyai kecenderungan tanda baca penggunaan huruf besar kecil turun naik tidak karuan dan sebagainya. Oleh karena itu memberikan konteks dan emosi dalam pembacaannya.

“Maka dari itu kita harus bisa menyuarakan pendapat di dunia digital media sosial yang baik dan membangun saja, pendapat kita adalah opsi benahi sebelum berpendapat apabila kita bisa berpikir berulang-ulang mengenai apa yang kita suarakan, baik untuk orang lain atau justru merugikan orang lain luar,” jelasnya. 

Rilis